Social Icons

Pages

Rabu, 28 Agustus 2013

Emas di dalam Nikotin

Oleh Wanda Hamilton

“Nikotin membantu pencernaan, asam urat, sakit gigi, ia juga menghangatkan hal-hal yang dingin, mendinginkan keringat, memberikan makan pada mereka yang kelaparan, menyegarkan jiwa, membersihkan lambung, membunuh parasit; sari dari daun berwarna hijau yang memulihkan luka berwarna hijau walaupun beracun; pemanis bagi berbagai macam penyakit; asap bagi mereka yang menderita penyakit paru-paru, batuk, distillations of rheum, dan segala penyakit yang disebabkan oleh suhu udara yang dingin dan lembab; bagus di saat badan merasa dingin dan kelaparan; membantu pencernaan setelah makan.”

John Hosselyn tentang penggunaan tembakau, 1667 (dikutip di “C.A. Welager, Magic Medicines of the Indians, Signet, NY: 1974)
”Nikotin adalah sebuah bahan kimia yang luar biasa.”Jack Henningfield, 1998 (dikutip di “Smoking Aside, Nicotine Remains an Amazing Chemical,” Scott Shane, The Seattle Times, 1/11/98, p. A10). Henningfield adalah seoang ahli kimia di John Hopkins dan juga mantan ilmuan di National Institute of Drug Abuse, dan juga seorang penasehat untuk SmithKline Beecham.

Tembakau telah dipakai oleh penduduk asli Amerika jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Setelah bangsa Eropa mulai menduduki Dunia Baru (the New World), mereka juga menggunakannya untuk mengobati berbagai macam keluhan dan penyakit fisik. Hal ini terus berlanjut hingga abad ke 20.

Akan tetapi, seiringan dengan menguatnya gerakan anti-tembakau di tahun 1980, tembakau dan nikotin yang terkadundung di dalamnya mulai dikritik oleh para petugas kesehatan umum. Pada tahun 1988, untuk pertama kalinya Laporan Kesehatan Umum A.S (U.S Surgeon General’s report) menyatakan bahwa nikotin merupakan sebuah zat adiktif yang membelenggu para perokok dengan rokok mereka. Pernyataan ini bukan saja menjadi senjata bagi gerakan anti-tembakau, tapi juga bagi para pengacara yang ingin meraup uang dalam jumlah yang besar dari para produsen rokok.

Para ahli kimia dan ilmuan yang menyelidiki efek physiologis dari nikotin sejak tahun 1950 an, mulai melihat bahwa nikotin sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi baik untuk membantu berhenti merokok maupun untuk mengobati berbagai penyakit lainnya. Ketertarikan mereka pada nikotin semakin meningkat setelah adanya penemuan-penemuan baru tentang bahan kimia ini.

Sebuah pencarian informasi “time-specific” melalui penampungan data milik PubMed, Perpustakaan Obat-obatan Nasional (National Library of Medicine) menunjukkan adanya peningkatan pola ketertarikan ilmiah pada nikotin. Antara 1963 (tahun penerbitan perdana index PubMed)dan 1970, sudah ada 1.092 artikel tentang nikotin yang terdaftar; antara 1971 dan 1980, ada 2.346 artikel terdafatar; antara 1981 dan 1990, 3.771 artikel terdaftar; dan antara 1991 dan 2000, 6.919 artikel terdaftar. Dengan kata lain, dalam kurun waktu tiga puluh tahun, penerbitan riset yang melibatkan nikotin bertambah hingga lebih dari enam kali lipat.

Industri farmasi sudah beberapa waktu ini melihat potensi keuntungan yang dapat dihasilkan dari pengembangan obat-obat untuk berhenti merokok yang berbasis nikotin. Pada tahun 1962, para ilmuan Pharmacia mulai mengembangkan alat-alat penggunaan nikotin, dan di 1971, mereka berhasil menyempurnakan produk permen karet yang mengandung nikotin. Produk ini kemudian dipasarkan oleh SmithKline Beecham dengan nama Nicorette. Bersamaan dengan tumbuhnya gerakan anti-tembakau, perusahaan farmasi lainnya mulai tertarik pada potensi yang dapat dihaslkan dari produk-produk untuk berhenti merokok. Saat seorang peneliti, Jed Rose mengembangkan nikotin transdermal tempel pada awal 1980 an, industri farmasi mulai membawa produk ini ke pasar dengan cepat.

Perusahaan obat-obatan tidak saja tertarik pada penggunaan sistem pemakain nikotin sebagai alat membantu berhenti merokok, tapi juga dalam berbagai macam aplikasi farmakologis lainnya.

Seperti yang dikatakan Jed Rose, “ketertarikan pada bidang nikotin telah berkembang dengan pesat. Ada ledakan dalam jumlah penemuan-penemuan dalam segala tingkat,”(“A Cigarette Chemical Packed with Helpful Effects?”/”Bahan Kimia Rokok Yang Memiliki Dampak Menguntungkan?” John Schartz, The Washington Post,11/9/98, p. A10).

Biar Rokok Tidak Berbahaya, Ganti Filternya Dengan Filter Rokok Sehat

Divine Cigarette, Solusi Untuk Para Perokok

Salah satu dosen di JB UB, Prof. Sutiman Bambang Sumitro, yang akrab disapa Prof Timan, telah menemukan solusi untuk para perokok. Divine Cigarette, begitu beliau menamakannya.

Rokok sudah menjadi industri besar yang sekarang menjadi salah satu permasalahan bangsa dimana penanganannya menuntut kearifan. Industri rokok melibatkan banyak tenaga kerja yang perlu diperhatikan dampaknya apabila industri ini ditutup. Hal ini menjadi pemikiran bersama untuk dicarikan solusi terbaik. Inilah yang menginspirasi Profesor yang memiliki bidang keahlian Biologi Sel dan dan Biologi Molekuler untuk melakukan penelitian tersebut.
 

Sample text

Sample Text

Sample Text